Kamis, 12 Juli 2012

ngepost ini saat mau Kuliah Psikologi pertemuan terakhir, dengan perasaan MALES BERANGKAT TINGKAT DEWA! :p


HEALTH BELIEF MODEL
TUGAS MATA KULIAH PSIKOLOGI
ASPEK PSIKOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA
 DALAM MASA MENOPAUSE
DOSEN: SUJIYATINI, M. KEB





Oleh:
SHOLIKHAH WAHYU SUBEKTI
P07124110035



KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2012

KASUS

Ny.E, seorang wanita berusia 50 tahun datang ke bidan. Ia mengeluh bulan-bulan terakhir ini  menstruasinya tidak teratur bahkan dalam satu bulan terakhir kemarin ia tidak mengalami haid sama sekali. Ia juga mengatakan bahwa keadaannya kadang disertai rasa nyeri dan serangan panas yang menjalar ditubuhnya. Nyeri itu biasanya ia rasakan di daerah sekitar persendian dan punggungnya. Ia juga mengalami hal lain yang membuatnya kurang nyaman saat bekerja dan melakukan aktifitas, seperti merasa cepat lelah atau kurang tenaga, gampang kesemutan, sulit berkonsentrasi, dan kadang mudah lupa dengan hal-hal tertentu yang baru saja ia lakukan.  Saat malam hari, ibu juga sering merasa gelisah sehingga menimbulkan gangguan tidur dan istirahatnya. Ia juga merasa ada gangguan dengan libido atau hasrat seksnya yang sudah tidak seperti dulu lagi. Ibu juga merasakan kulitnya mulai berubah tidak seperti dulu lagi, mulai timbul kerutan di wajahnya serta kulit tubuh terasa kasar.
Dari gejala yang dialami tersebut, ibu sedang memasuki masa menopause. Setelah mendengarkan penjelasan dari bidan, Ibu terlihat sangat khawatir dan menolak adanya masa menopause. Ibu takut tidak siap dengan masa menopause. Ibu cemas dengan anggapan di masyarakat bahwa menopause itu sudah tua dan dekat dengan kematian. Sehingga ibu menyalahkan mengapa harus ada masa menopause.
            Ibu yang merupakan tamatan SMP ini mempunyai 3 orang anak perempuan. Anak pertamanya sudah menikah dan bekerja di Jakarta, anak keduanya kelas 3 SMK, dan anak ketiganya masih kelas 3 SMP. Anak pertamanya pulang hanya setahun sekali saat lebaran, sehingga di saat jam-jam sekolah dan saat suaminya bekerja, ibu hanya sendirian di rumah. Untuk mengisi waktu luangnya, sehari-hari ibu mencari penghasilan tambahan dengan membantu menjahit di sebuah konveksi milik tetangga dekat rumahnya.
Suaminya Tn. S 60 th dulu seorang berpendidikan SMK namun karena biaya, tidak sampai lulus harus keluar. Tn. S sehari-hari bekerja sebagai seorang pedagang sayur di pasar. Namun sudah 2 minggu terakhir ini suaminya tidak berjualan karena sakit. Menurut diagnosa dokter, suaminya menderita penyakit asam urat, padahal sebelumnya sang suami punya riwayat diabetes mellitus juga. Asam uratnya yang tinggi membuat kakinya bengkak dan tidak bisa berjalan. Dokter menyarankan untuk istirahat terlebih dahulu. Ibu sempat menjadi depresi, bingung dengan keadaan ekonomi dan mentalnya saat itu.
Ibu takut penyakit suaminya menjadi lebih parah dari keadaannya sekarang sehingga untuk seterusnya tidak ada yang memberi nafkah secara tetap setiap harinya. Padahal mereka masih harus membiayai sekolah kedua anaknya. Sedangkan jika hanya mengandalkan dari pekerjaan Ibu, itu tidak akan cukup untuk biaya menyelesaikan sekolah anak keduanya yang sebentar lagi akan lulus SMK dan anak terakhirnya untuk persiapan masuk SMK seperti kakak-kakaknya dulu. Ibu stres siapa yang nanti mengurus dan membiayai anak-anaknya.
Ibu takut menopause membuatnya tak kuat beraktifitas lagi. Ibu tidak mau melewati menopause jika itu membuatnya susah. Yang lebih ditakutkan ibu lagi, sebentar lagi anak keduanya lulus SMK, itu berarti sebentar lagi ia akan mengikuti jejak kakaknya merantau ke Jakarta. Hal ini membuat ibu berfikir jika suatu saat semua anaknya sudah bekerja dan berumah tangga, ia hanya berdua dengan suaminya melewati masa tuanya di rumah dan tidak ada yang mengurus serta merawatnya. Ibu hanya pasrah kepada Tuhan dan masih bingung mengapa menopause harus terjadi, terutama pada dirinya. Ibu tidak siap dan ibu menolak menopause yang terjadi.











HEALTH BELIEF MODEL
(AWAL)

DEMOGRAPHIC VARIABLES (usia, jenis kelamin, latar belakang budaya)
Usia 50 tahun
Jenis kelamin perempuan
Kehidupan sehari-hari sebagai penjahit di konveksi milik tetangga dekat rumahnya
Masih bersuami, usia 60 tahun, sehari-hari suami bekerja sebagai pedagang sayur di pasar
Latar belakang ekonomi kurang, penghasilan sehari-hari pas-pasan
Latar belakang pengetahuan kesehatan kurang
Pemahaman agama masih kurang
Anggapan di masyarakat bahwa sudah menopause berarti sudah tua dan dekat dengan kematian

KARAKTER
Emosi sering labil, mudah terpengaruh, pesimis, negative thinking.

Perceived suspectibillity (Seberapa besar keparahan/akibat yang ditimbulkan)
-          Ibu merasakan menstruasinya tidak teratur
-          Ibu mengatakan keadaannya kadang disertai rasa nyeri sekitar punggung serta persendiaannya dan juga serangan panas yang menjalar ditubuhnya
-          Ibu juga mengalami hal-hal yang membuatnya kurang nyaman saat bekerja dan melakukan aktifitas
-          Ibu merasa cepat lelah atau kurang tenaga, gampang kesemutan, sulit berkonsentrasi, dan kadang mudah lupa dengan hal-hal tertentu yang baru saja ia lakukan. 
-          Ibu sering merasa gelisah sehingga menimbulkan gangguan tidur dan istirahatnya.
-          Ibu juga merasa ada gangguan dengan libido atau hasrat seksnya yang sudah tidak seperti dulu lagi.
-          Ibu merasakan kulitnya mulai berubah tidak seperti dulu lagi, mulai timbul kerutan di wajahnya serta kulit tubuh terasa kasar.
-          Ibu khawatir dengan gangguan-gangguan dari gejala menopause
-          Ibu khawatir menopause akan mendekatkan dirinya dengan kematian
-          Suaminya sakit, sehingga harus istirahat dan tidak bisa memberi nafkah sehari-hari seperti biasanya
-          Ibu masih harus membiayai sekolah kedua anaknya
-          Anak pertamanya sudah berkeluarga, Ibu merasa jarang dikunjungi
-          Ibu takut dan khawatir dengan keadaannya kelak, apabila anak-anaknya akan meninggalkannya dihari tua

Perceived severity (keseriusan yang dirasakan)
-          Ibu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga yang pas-pasan
-          Ibu harus membantu membiayai sekolah kedua anaknya
-          Ibu menjadi ragu dengan Tuhan karena tidak bisa menerima takdir adanya masa menopause
-          Ibu percaya dengan anggapan masyarakat menopause datang, kematian segera datang

Health motivation (motivasi untuk hidup sehat)
Setelah mendengar penjelasan bidan tentang menopause, Ibu memikirkan agar bisa menghindar dari perubahan yang terjadi pada masa menopause

PSYCHOLOGICAL CHARACTERISTICS (kepribadian, kelas social, tekanan sosial)
Ibu tampak pesimis dan negative thinking dalam melanjutkan hidupnya
Ibu mudah terpengaruh dengan anggapan masyarakat tentang menopause
Kurang mendapat perhatian dari anak pertamanya
Kurang dukungan dari keluarga, terutama suaminya


Perceived benefits (sejauh mana menilai keuntungan)
-          Ibu menyadari perubahan yang terjadi pada dirinya karena telah memasuki masa menopause yang menurutnya berarti dirinya sedang menuju kematian
-          Secara ekonomi ibu terlalu bera, jika suaminya nanti sakit semakin parah, ia harus membiayai anak-anaknya.

Perceived barriers (Seberapa besar pengaruh yang diterima)
Aturan tidak mengijinkan penolakan yang dilakukan ibu terhadap masa menopausenya  karena itu merupakan kodrat manusia yang telah ditentukan Tuhan

Action
IBU MENOLAK ADANYA MASA MENOPAUSE DALAM HIDUPNYA



HEALTH BELIEF MODEL
 (INTERVENSI)

DEMOGRAPHIC VARIABLES
Meningkatkan pemahaman terhadap agama
Meningkatkan kedekatan dengan Tuhan (berdoa dan bertawakal)
Meningkatkan pemahaman tentang kesehatan
Meningkatkkan taraf ekonomi dan mencari penghasilan tambahan
Memperbaiki hubungan sosial dengan masyarakat sekitar
Mengeratkan kembali jalinan kasih sayang ibu anak
Mengendalikan emosi yang labil
Menghilangkan sikap mudah terpengaruh terhadap pemahaman yang belum tentu benar atau salahnya
Menghapus rasa pesimis dan negative thinking

Perceived suspectibillity
-          Memberi kekuatan mental spiritual pada ibu bahwa yang menentukan kematian seseorang bukan hanya dengan masa menopause
-          Memberi penjelasan kepada ibu bahwa masa menopause akan dialami oleh semua wanita bukan hanya si ibu saja
-          Menjelaskan pula bahwa gejala-gejala pada masa menopause adalah hal yang normal, tidak bisa dihindari dan tidak akan menjadi masalah besar jika dikelola dengan baik
-          Memberi pemahaman pada ibu mengenai proses-proses tubuh pada masa menopause, agar ibu tidak berpikir negative tentang masa menopause dan supaya tidak mudah terpengaruh terhadap pemahaman yang belum tentu benar atau salahnya
-          Memotivasi ibu mengontrol perasaan cemas, depresi, gelisah dan menstabilkan emosinya dengan memikirkan hal-hal yang positif
-          Meyakinkan ibu bahwa tenaga kesehatan (bidan) siap membantu apabila mengalami masalah kesehatannya
-          Meminta bantuan pemuka agama untuk menjelaskan bahwa menopause sudah merupakan takdir seorang wanita yang pernah mengalami masa subur dan bukan penentu kematian seseorang

Perceived severity
-          Meyakinkan dan memotivasi ibu untuk melangkah maju dan tidak menyerah walau fisiknya sudah mulai lemah
-          Meyakinkan ibu ikut serta dalam kegiatan positif seperti ikut aktif ikut pengajian di daerahnya maupun ikut perkumpulan ibu-ibu PKK
-          Mengajak serta keluarganya untuk tetap memantau dan memahami keadaan ibunya
-          Memotivasi Tn.S agar cepat sembuh sehingga segera pulih kembali aktivitasnya


Health motivation
-          Menjaga kesehatannya dengan tetap memperhatikan waktu istirahat dan pola makan sehari-hari
-          Memfasilitasi konseling pada ibu cara mengatasi ketidaknyamanan gejala-gejala menopause yang dialaminya
-          Memberi contoh berbagai zat gizi yang diperlukan ibu untuk menopang kesehatan tulang, gigi, kulit serta tubuhnya pada masa menopause
-          Meyakinkan ibu untuk tetap berolahraga guna menjaga kesehatannya
-          Tn.S dapat sembuh dan segera pulih kembali aktivitasnya

PSYCHOLOGICAL CHARACTERISTICS
Memberi dukungan kepada ibu

Perceived benefits
-          Menguatkan ibu agar positive thinking, memandang masa menopause yang bukan akhir dari segalanya, sehingga tetap optimis dalam menjalani kehidupannya
-          Meyakinkan ibu agar tidak mudah terpengaruh dengan pemahaman yang belum tentu benar atau salahnya
-          Memberikan penjelasan kepada ibu dengan menjaga pola nutrisi makan bervariasi yang menyokong masa menopause agar fisiknya terjaga sehingga tetap bisa bekerja untuk membiayai anak-anaknya
-          Mendorong anak agar mampu meringankan beban ekonomi ibunya, dengan mencari program beasiswa pendidikan
-          Memotivasi suami untuk segera sembuh sehingga cepat kembali pada aktivitas rutinnya sehari-harinya

Perceived barriers
-          Memotivasi masyarakat atau tetangganya dengan pemberian informasi dan edukasi  mengenai tanda gejala menopause serta penanganannya
-          Meyakinkan ibu bahwa dengan adanya gejala menopause jika dikelola dengan baik, nutrisi baik, pengendalian emosi dan keyakinan spiritual baik maka tidak akan menjadi masalah  
-          Memotivasi ibu untuk menjadi role model supaya para wanita menopause lainnya di desanya juga dapat memandang positif tentang menopause dan gejalanya serta berorientasi positif dalam hidupnya

Action:
IBU MENERIMA ADANYA MASA MENOPAUSE DALAM HIDUPNYA


KESIMPULAN

Kasus Ny. E banyak ditemui dalam kehidupan di masyarakat. Seorang Ibu dengan 3 orang anak. Saat ini ibu sudah memasuki masa menopause. Sementara si sang suami pencari nafkah utama sedang sakit dan harus istirahat. Padahal anak-anaknya dalam kondisi sedang butuh-butuhnya uang untuk menyelesaikan sekolahnya. Ibu ingin tetap sehat dan tidak mau menerima adanya masa menopause. Ibu kurang mendalami agama serta kurang pengetahuan medis mengenai masalah menopause. Ibu juga sangat mudah terpengaruh dengan anggapan bahwa sudah menopause berarti sudah mendekati kematian.  Masalah yang disampaikan oleh Ny. E mempunyai akar yang fundamental dari masalah itu sendiri yang harus dipecahkan untuk mendapatkan solusi yang tuntas.
Dengan adanya Health belief Model Awal dan  Health belief Model Intervensi ini dapat melatih kepekaan petugas kesehatan terhadap akar masalah yang disampaikan dan memecahkan masalah baik dengan pendekatan medis, psikologis, sosial, lintas program, dan  lintas sektor. Dengan demikian dalam praktik profesionalnya dapat memperlakukan ibu sebagai makhluk biopsiko sosial dan spritual yang utuh dan unik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

arsip oke!