HEALTH
BELIEF MODEL
TUGAS MATA KULIAH
PSIKOLOGI
ASPEK PSIKOLOGI DAN
SOSIAL BUDAYA
DALAM MASA MENOPAUSE
DOSEN: SUJIYATINI, M.
KEB
Oleh:
SHOLIKHAH
WAHYU SUBEKTI
P07124110035
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2012
KASUS
Ny.E, seorang wanita
berusia 50
tahun datang ke bidan. Ia mengeluh bulan-bulan terakhir ini menstruasinya tidak teratur bahkan dalam satu bulan terakhir kemarin ia
tidak mengalami haid sama sekali. Ia juga mengatakan bahwa keadaannya kadang
disertai rasa nyeri dan serangan panas yang menjalar ditubuhnya. Nyeri itu biasanya ia rasakan di daerah sekitar
persendian dan punggungnya. Ia juga mengalami hal lain yang membuatnya kurang
nyaman saat bekerja dan melakukan aktifitas, seperti merasa cepat lelah atau
kurang tenaga, gampang kesemutan, sulit berkonsentrasi, dan kadang mudah lupa
dengan hal-hal tertentu yang baru saja ia lakukan. Saat malam hari, ibu juga sering merasa
gelisah sehingga menimbulkan gangguan tidur dan istirahatnya. Ia juga merasa
ada gangguan dengan libido atau hasrat seksnya yang sudah tidak seperti dulu
lagi. Ibu juga merasakan
kulitnya mulai berubah tidak seperti dulu lagi, mulai timbul kerutan di wajahnya serta
kulit tubuh terasa kasar.
Dari gejala yang
dialami tersebut, ibu sedang memasuki masa menopause. Setelah mendengarkan
penjelasan dari bidan, Ibu terlihat sangat khawatir dan menolak adanya masa
menopause. Ibu takut tidak siap dengan masa menopause. Ibu cemas
dengan anggapan di masyarakat bahwa menopause itu sudah tua dan dekat dengan
kematian. Sehingga ibu menyalahkan mengapa harus ada
masa menopause.
Ibu
yang merupakan tamatan SMP ini mempunyai
3 orang anak perempuan.
Anak pertamanya sudah menikah
dan bekerja di Jakarta, anak keduanya kelas 3 SMK, dan anak ketiganya masih
kelas 3 SMP. Anak
pertamanya pulang hanya setahun sekali saat lebaran, sehingga di saat jam-jam
sekolah dan saat suaminya bekerja, ibu hanya sendirian di rumah. Untuk mengisi
waktu luangnya, sehari-hari ibu mencari penghasilan tambahan dengan membantu menjahit
di sebuah konveksi milik tetangga dekat rumahnya.
Suaminya Tn. S 60 th dulu seorang berpendidikan SMK namun
karena biaya, tidak sampai lulus harus keluar. Tn. S sehari-hari bekerja
sebagai seorang pedagang sayur di pasar. Namun sudah 2 minggu terakhir ini
suaminya tidak berjualan karena sakit. Menurut diagnosa dokter, suaminya menderita
penyakit asam urat, padahal sebelumnya sang suami punya riwayat diabetes
mellitus juga. Asam uratnya yang tinggi membuat kakinya bengkak dan tidak bisa
berjalan. Dokter menyarankan untuk istirahat terlebih dahulu. Ibu
sempat menjadi depresi, bingung dengan keadaan ekonomi dan mentalnya saat itu.
Ibu
takut penyakit suaminya menjadi lebih parah dari keadaannya sekarang sehingga
untuk seterusnya tidak ada yang memberi nafkah secara tetap setiap harinya.
Padahal mereka masih harus membiayai sekolah kedua anaknya. Sedangkan jika hanya
mengandalkan dari pekerjaan Ibu, itu tidak akan cukup untuk biaya menyelesaikan
sekolah anak keduanya yang sebentar lagi akan lulus SMK dan anak terakhirnya
untuk persiapan masuk SMK seperti kakak-kakaknya dulu. Ibu
stres siapa yang nanti mengurus dan membiayai anak-anaknya.
Ibu takut menopause membuatnya
tak kuat beraktifitas lagi. Ibu tidak mau melewati menopause jika itu
membuatnya susah. Yang lebih
ditakutkan ibu lagi, sebentar lagi anak keduanya lulus SMK, itu berarti
sebentar lagi ia akan mengikuti jejak kakaknya merantau ke Jakarta. Hal ini
membuat ibu berfikir jika suatu saat semua anaknya sudah bekerja dan berumah
tangga, ia hanya berdua dengan suaminya melewati masa tuanya di rumah dan tidak
ada yang mengurus serta merawatnya. Ibu hanya pasrah kepada
Tuhan dan masih bingung mengapa
menopause harus terjadi, terutama pada
dirinya. Ibu tidak siap dan ibu menolak
menopause yang terjadi.
HEALTH
BELIEF MODEL
(AWAL)
DEMOGRAPHIC
VARIABLES (usia, jenis
kelamin, latar
belakang budaya)
Usia 50 tahun
Jenis kelamin perempuan
Kehidupan sehari-hari sebagai penjahit di konveksi milik tetangga dekat rumahnya
Masih bersuami,
usia 60 tahun, sehari-hari suami bekerja sebagai pedagang sayur di pasar
Latar belakang ekonomi kurang, penghasilan
sehari-hari pas-pasan
Latar belakang pengetahuan kesehatan
kurang
Pemahaman agama masih kurang
Anggapan
di masyarakat bahwa sudah
menopause berarti sudah tua dan dekat
dengan kematian
KARAKTER
Emosi sering labil, mudah
terpengaruh, pesimis, negative
thinking.
Perceived
suspectibillity (Seberapa besar keparahan/akibat yang ditimbulkan)
-
Ibu merasakan menstruasinya tidak teratur
-
Ibu mengatakan keadaannya kadang disertai rasa nyeri sekitar
punggung serta persendiaannya dan juga serangan panas yang menjalar ditubuhnya
-
Ibu juga mengalami hal-hal yang membuatnya kurang
nyaman saat bekerja dan melakukan aktifitas
-
Ibu merasa cepat lelah atau kurang tenaga, gampang
kesemutan, sulit berkonsentrasi, dan kadang mudah lupa dengan hal-hal tertentu
yang baru saja ia lakukan.
-
Ibu sering merasa gelisah sehingga menimbulkan
gangguan tidur dan istirahatnya.
-
Ibu juga merasa ada gangguan dengan libido atau hasrat
seksnya yang sudah tidak seperti dulu lagi.
-
Ibu
merasakan kulitnya mulai berubah tidak seperti dulu lagi, mulai timbul kerutan di
wajahnya serta kulit tubuh terasa kasar.
-
Ibu khawatir dengan
gangguan-gangguan dari gejala menopause
-
Ibu khawatir menopause
akan mendekatkan dirinya dengan kematian
-
Suaminya sakit,
sehingga harus istirahat dan tidak bisa memberi nafkah sehari-hari seperti
biasanya
-
Ibu masih harus
membiayai sekolah kedua anaknya
-
Anak pertamanya sudah
berkeluarga, Ibu merasa jarang dikunjungi
-
Ibu takut dan khawatir dengan keadaannya kelak,
apabila anak-anaknya akan
meninggalkannya
dihari tua
Perceived
severity (keseriusan yang dirasakan)
-
Ibu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga yang pas-pasan
-
Ibu harus membantu membiayai sekolah kedua anaknya
-
Ibu menjadi ragu dengan
Tuhan karena tidak bisa menerima takdir adanya masa menopause
-
Ibu percaya dengan
anggapan masyarakat menopause datang, kematian segera datang
Health
motivation (motivasi untuk hidup sehat)
Setelah mendengar penjelasan bidan
tentang menopause, Ibu memikirkan agar bisa menghindar dari perubahan yang terjadi pada masa menopause
PSYCHOLOGICAL
CHARACTERISTICS (kepribadian, kelas social, tekanan sosial)
Ibu
tampak pesimis dan negative thinking
dalam melanjutkan hidupnya
Ibu
mudah terpengaruh dengan anggapan masyarakat tentang menopause
Kurang mendapat perhatian dari anak pertamanya
Kurang mendapat perhatian dari anak pertamanya
Kurang dukungan dari keluarga, terutama suaminya
Perceived
benefits (sejauh mana menilai keuntungan)
-
Ibu menyadari perubahan
yang terjadi pada dirinya karena telah memasuki masa menopause yang menurutnya
berarti dirinya sedang menuju kematian
-
Secara ekonomi ibu
terlalu bera,
jika suaminya nanti sakit semakin parah, ia harus membiayai
anak-anaknya.
Perceived
barriers (Seberapa besar pengaruh yang diterima)
Aturan tidak mengijinkan penolakan
yang dilakukan ibu terhadap masa menopausenya
karena itu merupakan kodrat manusia yang telah ditentukan Tuhan
Action
IBU
MENOLAK ADANYA MASA MENOPAUSE DALAM HIDUPNYA
HEALTH
BELIEF MODEL
(INTERVENSI)
DEMOGRAPHIC
VARIABLES
Meningkatkan pemahaman terhadap
agama
Meningkatkan kedekatan dengan Tuhan
(berdoa dan bertawakal)
Meningkatkan pemahaman tentang kesehatan
Meningkatkkan taraf ekonomi dan mencari penghasilan tambahan
Memperbaiki hubungan sosial dengan
masyarakat sekitar
Mengeratkan kembali jalinan kasih sayang
ibu anak
Mengendalikan emosi yang labil
Menghilangkan sikap
mudah terpengaruh terhadap pemahaman yang belum tentu benar atau salahnya
Menghapus
rasa pesimis dan negative thinking
Perceived
suspectibillity
-
Memberi kekuatan mental
spiritual pada ibu bahwa yang menentukan kematian seseorang bukan hanya dengan masa menopause
-
Memberi penjelasan kepada
ibu bahwa masa menopause akan dialami oleh semua wanita bukan hanya si ibu saja
-
Menjelaskan pula
bahwa
gejala-gejala pada masa menopause adalah hal yang normal, tidak
bisa dihindari dan tidak akan menjadi masalah besar jika dikelola dengan baik
-
Memberi pemahaman pada
ibu mengenai proses-proses
tubuh
pada masa menopause, agar ibu tidak
berpikir negative tentang masa menopause dan supaya tidak mudah terpengaruh
terhadap pemahaman yang belum tentu benar atau salahnya
-
Memotivasi ibu
mengontrol perasaan cemas, depresi, gelisah dan menstabilkan emosinya dengan
memikirkan hal-hal yang
positif
-
Meyakinkan ibu bahwa
tenaga kesehatan (bidan) siap membantu apabila mengalami masalah kesehatannya
-
Meminta bantuan pemuka
agama untuk menjelaskan bahwa menopause sudah merupakan takdir seorang wanita
yang pernah mengalami masa subur dan
bukan penentu kematian seseorang
Perceived
severity
-
Meyakinkan dan memotivasi ibu untuk
melangkah maju dan tidak
menyerah walau fisiknya sudah mulai lemah
-
Meyakinkan ibu ikut
serta dalam kegiatan positif seperti ikut aktif ikut pengajian di daerahnya maupun ikut
perkumpulan ibu-ibu PKK
-
Mengajak serta keluarganya
untuk tetap memantau dan memahami keadaan ibunya
-
Memotivasi Tn.S
agar cepat sembuh sehingga segera pulih kembali aktivitasnya
Health
motivation
-
Menjaga kesehatannya
dengan tetap memperhatikan waktu istirahat dan pola makan sehari-hari
-
Memfasilitasi konseling
pada ibu cara mengatasi ketidaknyamanan gejala-gejala menopause yang dialaminya
-
Memberi contoh berbagai
zat gizi yang diperlukan ibu untuk menopang kesehatan tulang, gigi, kulit serta
tubuhnya pada masa menopause
-
Meyakinkan ibu untuk
tetap berolahraga guna menjaga kesehatannya
-
Tn.S dapat
sembuh dan segera pulih kembali aktivitasnya
PSYCHOLOGICAL
CHARACTERISTICS
Memberi dukungan kepada ibu
Perceived
benefits
-
Menguatkan ibu agar positive thinking, memandang masa
menopause yang bukan akhir dari segalanya, sehingga tetap optimis dalam menjalani kehidupannya
-
Meyakinkan ibu
agar tidak mudah terpengaruh dengan pemahaman yang belum tentu benar atau
salahnya
-
Memberikan penjelasan
kepada ibu dengan menjaga pola nutrisi makan bervariasi yang menyokong masa
menopause agar fisiknya terjaga sehingga tetap bisa bekerja untuk membiayai anak-anaknya
-
Mendorong anak agar mampu meringankan
beban ekonomi ibunya, dengan mencari program beasiswa pendidikan
-
Memotivasi suami
untuk segera sembuh sehingga cepat kembali pada aktivitas rutinnya
sehari-harinya
Perceived
barriers
-
Memotivasi masyarakat
atau tetangganya dengan pemberian
informasi dan edukasi mengenai tanda
gejala menopause serta penanganannya
-
Meyakinkan ibu bahwa
dengan adanya gejala menopause jika dikelola dengan baik, nutrisi baik,
pengendalian emosi dan keyakinan spiritual baik maka tidak akan menjadi masalah
-
Memotivasi ibu untuk
menjadi role model supaya para wanita menopause lainnya di desanya juga dapat memandang positif tentang menopause dan gejalanya
serta berorientasi
positif
dalam hidupnya
Action:
IBU
MENERIMA ADANYA MASA MENOPAUSE DALAM HIDUPNYA
KESIMPULAN
Kasus Ny. E banyak ditemui dalam
kehidupan di masyarakat. Seorang Ibu
dengan
3 orang anak. Saat ini ibu sudah memasuki masa menopause. Sementara si sang suami pencari nafkah utama sedang sakit dan harus
istirahat. Padahal
anak-anaknya dalam kondisi sedang butuh-butuhnya uang untuk menyelesaikan
sekolahnya. Ibu ingin tetap sehat dan tidak mau
menerima adanya masa menopause. Ibu kurang mendalami agama serta kurang
pengetahuan medis mengenai masalah menopause.
Ibu juga sangat mudah terpengaruh dengan anggapan bahwa sudah menopause berarti sudah mendekati
kematian. Masalah yang disampaikan oleh Ny. E
mempunyai akar yang fundamental dari masalah itu sendiri yang harus dipecahkan
untuk mendapatkan solusi yang tuntas.
Dengan
adanya Health belief Model Awal dan
Health belief Model Intervensi ini dapat melatih kepekaan petugas
kesehatan terhadap akar masalah yang disampaikan dan memecahkan masalah baik dengan pendekatan medis, psikologis,
sosial, lintas program, dan lintas sektor.
Dengan demikian dalam praktik profesionalnya dapat memperlakukan ibu sebagai makhluk
biopsiko sosial dan spritual yang utuh dan unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar